Page 8 - katalog 2
P. 8
Perspektif Kultural dalam Konservasi Lingkungan (Eyonggame)
Oleh: Resalina Kogoya
Hutan Papua masih sangat luas. Bagi orang Papua, hutan bukan sekadar kumpulan pohon,
melainkan sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya. Hutan berperan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat Papua. Sebagai contoh, hutan menyediakan
berbagai macam makanan bagi orang Papua, seperti sagu, buah-buahan, sayuran, dan
hewan buruan. Bukan hanya sebagai sumber makanan, hutan juga sering dijadikan
sebagai sumber obat-obatan, di mana hutan merupakan apotek alami bagi orang Papua.
Mereka memiliki pengetahuan tradisional yang luas tentang tanaman hutan yang dapat
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Selain itu, hutan juga seringkali
dimanfaatkan untuk membuat barang-barang adat yang memiliki makna dalam bagi
masyarakat Tolikara. Barang-barang adat ini bisa berupa perhiasan, alat musik, senjata
tradisional seperti jigim (panah) dan tombak, hingga pakaian adat yang unik seperti
koteka untuk pria dan sali dari serat kulit kayu untuk wanita. Sejak dulu, barang-barang
ini digunakan dalam kegiatan sehari-hari, upacara adat, dan sebagai simbol status sosial
dalam masyarakat Tolikara. Barang adat Tolikara bukan hanya alat atau pakaian, tapi juga
cara untuk menjaga, melestarikan hutan dan meneruskan cerita serta nilai-nilai penting
dari generasi ke generasi. Masyarakat di Tolikara sangat berkaitan erat dengan alam dan
tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, masyarakat Tolikara berusaha untuk menjaga
hutan.
Kelestarian hutan di Papua saat ini terancam oleh berbagai faktor seperti penebangan liar.
Penebangan liar untuk mengambil kayu merupakan salah satu ancaman terbesar bagi
hutan di Papua. Selain itu, aktivitas pertambangan di Papua juga seringkali merusak hutan
dan mencemari lingkungan, yang dapat berakibat buruk pada masyarakat setempat.
Terkadang, hutan di Papua juga seringkali dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa
sawit dan tanaman industri lainnya. Padahal, perkebunan kelapa sawit memiliki dampak
negatif yang sangat merugikan masyarakat adat, seperti hilangnya keanekaragaman,
perubahan pada ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan juga kepunahan
hewan. Kerusakan lingkungan seperti ini biasanya terjadi karena tuntutan status sosial
masyarakat modern yang lebih kompleks dibandingkan masyarakat tradisional. Misalnya,
8